Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Reaktualisasi Pengertian Etimologi, Historis, dan Terminologi Pancasila

Tafsir “Hikmat Kebijaksanaan” Pancasila Butir Ke-4

Mereka perlu tahu

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan“, begitulah bunyi butir ke-4 Pancasila.

Sekilas untaian kata ini mudah saja diucap lidah. Maklum saja, dulu kita menghafalnya setiap kali upacara di sekolah.

Ternyata, terkandung banyak khazanah ilmu di sana.

Pancasila sebagai identitas dan konsep bernegara Indonesia, dipercaya telah dirangkum sebaik mungkin oleh para Ulama, dan tokoh perjuangan bangsa.

Tidak heran isinya padat makna, di antaranya frasa “Hikmat Kebijaksanaan” tersebut.

A. Definisi Hikmat Kebijaksanaan

Jika merujuk pada pengertian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), 2 kata tersebut bermakna:

  • Hikmat; kebijakan, kearifan, kesaktian.
  • Kebijaksanaan; kepandaian akal budinya, pengalaman dan pengetahuan, kecakapan bertindak menghadapi kesulitan.

Setelah baca definisinya kok kayak ada yang aneh ya mas!

Kayak ada yang diulang-ulang gitu.

Hikmat kebijaksanaan = Kebijakan kebijaksanaan

Bukankah ini termasuk pemborosan kata. Lagipula ini kan dokumen yang lebih tinggi dari sekedar hukum undang-undang. Kok bisa ada kata yang mengalami redundansi.

Redudansi adalah penggunaan kata yang melebihi kebutuhan. Redudansi terjadi saat kata yang memiliki makna tertentu digunakan bersama kata lain yang bermakna atau mengandung makna serupa.

Pasalnya, dalam dokumen hukum saja dihindari karena terkesan tidak tegas. Bahkan cenderung ditunggangi. Masa iya, Panitia Sembilan, BPUPKI bodoh banget!

Gak mungkin!

Pasti ada penjelasannya.

B. Konsep Bernegara

Di sinilah peran ilmu bahasa dalam bernegara. Jadi, anak-anak bahasa tak perlu berkecil hati karena ilmunya dirasa terlalu mainstream “Anak IPA-IPS bisa kok bahasa Indonesia, Arab, Inggris, ngapain kita masuk kelas bahasa”.

Ingat Bhineka Tunggal Ika. Memang harus berbeda. Yang penting tujuan kita sama, kebaikan untuk semua anak manusia.

Ilmu kayak gini, anak IPA dan IPS mana tahu. Hehehe…

Kalau mau memahami suatu kata, pertama kita wajib tahu dari mana ia berasal. Bagaimana penutur asal menggunakannya.

Oh ternyata kata “hikmat” atau kita juga biasa sebut “hikmah” adalah serapan dari bahasa Arab حكمة .

Baca juga artikel : Pengertian Fitnah Lebih Kejam Dari Pembunuhuan

a) Toleransi Bernegara dengan Ilmu

Saya harap tak ada kawan-kawan non muslim yang beranggapan bahwa kami intoleran. Karena tidak semua orang Arab itu muslim. Menjadi muslim tidak mengubah orang jadi Arabian.

Faktanya, di zaman Nabi Muhammad pun terdapat suku bangsa dan agama lain.

Di negara mayoritas muslim, pemeluk agama lain bebas beragama.

Sementara di negara minoritas muslim, orang Islam banyak terkendala; Ada yang dilarang puasa, hari raya fitri tidak libur, tidak boleh ada adzan. 🙂

C. Definisi Hikmat

Kita lanjut lagi. Kalau urusannya bahasa Arab, apalagi terkait ilmu dan peradaban, maka tidak bisa dilepaskan dari peranan al-Quran.

a) Kenapa al-Quran?

  1. Tata Bahasa Arab hari ini dihasilkan oleh al-Quran.
  2. Al-Quran menjaga keutuhan b. Arab
  3. Pesantren sebagai simbol pendidikan Islam di Indonesia jauh lama hadir sebelum ada sekolah negeri, sekolah rakyat, dan sekolah Belanda.
  4. Islam dengan b. Arabnya masih mendominasi rakyat Indonesia sampai awal abad 20, masa hidup dan masa muda para founding fathers NKRI.
  5. Ditemukan banyak naskah kuno Indonesia dengan aksara Arab.

b) Makna Hikmat

Secara etimologi, Hikmat (الحِكْمَة) diambil dari kata Hakamat (الحَكَمَةُ) yang berarti tali kekang. Karena hal itu dapat mengontrol kuda dan mencegahnya berlari secara brutal dan liar (Lisanul Arab, 2/426).

Demikianlah Hikmat, mencegah manusia dari sifat tercela.

Menurut Istilah, an-Nawawi berpendapat :

Hikmat adalah istilah untuk ilmu yang bersifat hukum, mencakup ma’rifat kepada Allah, berlaku pada manusia, mengatur etika, aktualisasi hak kebenaran, penerapannya dan proteksi dari interes buruk.

Syarh an-Nawawi ala Muslim, 2/33

Adapun Ibnu Qoyyim berkata, “Melakukan hal semestinya di mana semestinya dan kapan semestinya.” (Madarijus Salikin, 2/449).

Menurut beliu Hikmat dalam kitab Allah ada 2 macam :

  1. Terpisah, berupa kenabian.
  2. Terikat, berupa ilmu al-Quran.

Kemudian beliau meriwayatkan pendapat ahli salaf:

  • Ibnu Abbas : Hikmah adalah ilmu al-Quran, nasih-mansuknya, muhkam-mutasyibhnya, awal-akhirnya, halal dan haramnya, serta amtsalnya
  • al-Dhohak : Hikmah ialah al-Quran dan pemahaman terhadapnya.
  • Mujahid : Hikmah adalah al-Quran, ilmu dan pemahaman agama.
  • al-Hasan : Hikmah yakni ketaatan beragama kepada Allah.

Semua pendapat ini bisa dijumpai dalam kitab al-Tafsir al-Qoyyim, hal. 231.

c) Hikmat dalam al-Quran

Setidaknya ada 5 makna hikmat dalam al-Quran (Nadratun Naim, 5/1659):

  1. Hukum dan Penjelasan Syariat. Allah berfirman:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ

Wahai Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul yang membacakan ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab dan hikmat, serta mensucikan mereka. Sungguh engkau Maha Agung dan Bijak. (al-Baqarah: 129)

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ

Sebagaimana telah Kami utus seorang rasul di antara kalian, ia membacakan ayat-ayat Kami, mensucikan kalian, mengajarkan kitab dan hikmat, serta mengajarkan apa saja yang belum kalian ketahui. (al-Baqarah: 151)

  1. Kenabian

فهزموهم بإذن الله وقتل داوود جالوت وآتاه الله الملك والحكمة وعلمه مما يشاء

Para tentara Thalut mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah. Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan Daud kerajaan dan hikmah (kenabian), dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya… (al-Baqarah: 251)

ولما جاء عيسى بالبينات قال قد جئتكم بالحكمة ولأبين لكم بعض الذي تختلفون فيه فاتقوا الله وأطيعون

Ketika Isa datang membawa bukti, dia berkata, “Aku datang kepada kalian dengan membawa hikmat (bukti kenabian) dan untuk menjelaskan sebagian dari apa yang kalian berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah aku”. (al-Zukhruf: 63)

Narasi serupa juga terdapat dalam kisah nabi Musa dan Yusuf.

  1. Pemahaman Hukum Islam

يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاء وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

Allah anugrahkan hikmah (pemahaman hukum) kepada siapa saja. Siapa yang diberi hikmah, sungguh ia telah dikaruniai kebaikan yang banyak. Maka, hanya orang berakal yang dapat mengambil pelajaran. (al-Baqarah: 269)

  1. Argumen Akal

ولقد آتينا لقمان الحكمة أن اشكر لله ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله غني حميد

Telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Siapa yang bersyukur, sejatinya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan siapa yang ingkar, ketahuilah Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Luqman: 12)

  1. Peringatan dan Pelajaran

حكمة بالغة فما تغن النذر

Itulah hikmah yang sempurna, tapi kini tak berguna bagi mereka. (al-Qamar: 5)

D. Kesimpulan

Saya rasa akan sangat panjang sekali pembahasan tentang Butir ke-4 Pengamalan Pancasila ini. Belum lagi kita bedah makna untuk kata-kata indah lain di dalamnya..

Setidaknya, kita menagkap pesan bahwa kepeimpinan Indonesia haruslah berlandaskan nilai agama, keilmuan dan keadilan, sebagaimana peran yang pernah diemban oleh para nabi dan rasul Allah.

Wakil rakyat haruslah orang berintegritas, berilmu, bermanfaat baik untuk manusia.

Kalau perlu, semua pejabat, presiden, mentri, anggota dewan adalah orang-orang berpendidikan. Kalaupun tidak sekolah, mestilah dia putra-putri terbaik yang berperan di masyarakat.

Jangan ada lagi pemangku kekuasaan yang hanya punya modal keturunan, tenar ngartis, komedian, yang sejatinya belum terbukti pengabdiannya.

Terakhir kami tutup dengan sebuah hadits dan ayat berkaitan dengan ini.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Pemimpin rakyat mana saja (agama apa saja), mati dalam keadaan mencurangi rakyatnya, maka Allah haramkan surga baginya. (al-Bukhari)

والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلاة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون

Orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, urusan mereka diputuskan dengan musyawarah; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (as-Syura: 38)

Mereka perlu tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *