![]()
Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
![]()
Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Kemuliaan akhlak dan garis keturunan menempatkan Khadijah sebagai wanita terpandang. Tak terhitung pelamar yang datang, tetapi mereka pulang dengan tangan kosong.
Keputusannya untuk tidak menikah berubah ketika mimpi indah meyambanginya suatu malam.
Pertemuan dengan Muhammad menerbitkan kembali impiannya yang lama dilupakan. Kehadirannya membisikkan masa depan yang lebih baik bagi diri, bahkan bangsanya.
Awalnya, ia ragu karena usia yang terpaut jauh. Tetapi, semakin lama ia bertambah yakin. Perbedaan usia tak seharusnya menjadi halangan.
Ia meyakini keutamaan dan keindahan akhlak pemuda yang kelak menjadi Rasul Allah. Keyakinan itu menguapkan keraguannya serta menumbuhkan keberanian dan keteguhan.
Kemasyhuran Muhammad di Mekkah kala itu, sampai kepada Khadijah yang merupakan saudagar kaya raya. Kemudian Ibunda Khadijzah membentuk kerjasama dagang dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Ia meminta karyawannya yang bernama Maisarah -seorang pria- untuk mengawasi dan mengikuti semua kehendak Muhammad serta tidak boleh menolak semua perintahnya. Agar terlihat sifat asli dan kepribadiannya.
Karena jika Maysaroh membantah perintah, ide, gagasan Muhammad, bisa jadi watak laki-laki itu tidak akan nampak, bisa jadi Muhammad bin Abdullah tampak baik karena usulan dan masukan Maisarah.
Sepulang perjalanan dagang dari Syria, Maisarah melaporkan segala apa yang ia lihat dari sosok Muhammad. Akhirnya, ia yakin bahwa pemuda itu adalah laki-laki yang tepat.
Kemudian Khadijah meminta bantuan sahabatnya, Nafisah binti Munabbih untuk menemui Muhammad al-Amin agar mau menikahinya.
Sungguh Khadijah wanita jenius, ia tahu siapa orang yang tepat untuk diserahkan urusan ini. Kecerdasan Nafisah menjaga martabat Khadijah sebagai wanita dan membesarkan hati Muhammad sebagai pria, Perhatikan bagaimana cara Nafisah berdialog dengan Rasulullah:
|
Dari sini Nafisah tahu, ternyata Rasulullah juga tertarik menikah.
|
Perhatikan lagi, betapa berkelasnya perkataan sahabat Ibunda kita ini. Ucapannya sama sekali tidak menjatuhkan derajat Khadijah sebagai wanita dan Nab Muhammad sebagai pemuda.
Gayung pun bersambut, Muhammad menerima lamaran Khadijah. Melalui pamannya Abu Thalib, Nabi ﷺ melangsungkan lamaran resmi untuk pernikahan.
Sungguh tidak ada yang lebih melegakkan dari rasa cinta yang tersampaikan dan tidak ada yang lebih membahagiakan dari cinta yang diterima.
Akhirnya, mereka menikah dan kisah cinta keduanya dicatat sebagai sejarah sepasang manusia terbaik.